Saturday, February 26, 2011

Pilih China atau Barat?

Beberapa hari yang lalu aku membaca artikel yang lumayan menarik tentang keefektifan cara mendidik anak ala China dan Barat. Di banyak negara di dunia hal ini juga masih menjadi bahan perdebatan, benarkah anak yang dididik secara keras (ala china) akan lebih sukses dalam kehidupannya kelak atau justru anak yang dididik secara demokratis (ala Barat) yang akan lebih sukses dimasa depannya. Artikel ini menjadi menarik karena saya juga orangtua yang sedang berusaha mendidik anak yang masih kecil, jadi informasi sekecil apapun saya rasa akan sangat bermanfaat.

Berikut petikan dari artikel tersebut:

Orangtua keturunan China dianggap begitu superior terhadap anaknya sedangkan orangtua di negara-negara Barat lebih demokratis dan menghargai individu anak. Belakangan mulai jadi perdebatan, bahwa mencetak anak yang berhasil ternyata lebih tepat dengan gaya mendidik ala China. Benarkah demikian?
Perdebatan ini mencuat setelah muncul buku 'Battle Hymn of the Tiger Mother' karangan Amy Chua, seorang profesor sekolah hukum dari Yale Law School. Tulisan ini menceritakan bagaimana ibu-ibu di China atau keturunan China dengan didikan kerasnya mampu membuat anaknya berhasil. Hal yang sama seperti dialami Amy ketika kecil hingga menjadi orang sukses seperti sekarang.

Amy kini menerapkan gaya didik orangtuanya kepada dua anaknya Sophia dan Louisa yang sudah beranjak remaja. Anak-anaknya dilarang main game dan nonton TV, menginap di rumah teman, harus mendapat nilai A, harus les biola atau piano.
Di negara AS misalnya, anak-anak yang didik orangtua keturunan China jago matematika, pintar main piano dan sering jadi juara di kelasnya. Mendidik dengan disiplin dan kontrol orangtua yang besar menurut Amy juga dilakukan orangtua keturunan Korea, India, Jamaika, Irlandia dan Ghana.

Dalam salah satu penelitian terhadap 50 ibu di Amerika dan 48 ibu-ibu imigran China, hampir 70 persen ibu-ibu barat mengatakan bahwa 'menekankan keberhasilan akademis tidak baik untuk anak-anak' karena yang terpenting 'orang tua perlu mendorong ide bahwa belajar adalah hal yang menyenangkan'.Sebaliknya, sebagian besar ibu keturunan China mengatakan bahwa mereka percaya anak-anaknya dapat menjadi siswa 'yang terbaik' karena 'prestasi akademik mencerminkan orangtua yang sukses mendidik' dan 'jika anak-anak tidak unggul di sekolah itu artinya ada masalah pada orangtua kenapa anak tidak mengerjakan tugasnya'.

Studi lain menunjukkan bahwa dibandingkan dengan orangtua Barat, orangtua China menghabiskan 10 kali lebih lama waktunya untuk terlibat dan memantau aktivitas akademik anak-anaknya. Sebaliknya, anak-anak Barat lebih banyak berpartisipasi dalam kegiatan dan tim olahraga ketimbang prestasi akademik.

Amy juga mengatakan ketika orangtua China menerapkan disiplin dan pola didik yang terkontrol, anak-anak China juga akan menolak. Namun kuncinya, kesabaran orangtua untuk mendampingi anak karena memang akan sulit dijalani di masa-masa awal. Hal yang berbeda dengan tipikal orangtua barat yang cenderung menyerah pada kemauan anak ketika anak menolak.

Amy juga menceritakan bagaimana ayahnya pernah memanggilnya dengan sebutan 'sampah' yang membuat dirinya marah dan sangat tidak enak. "Tapi itu tidak merusak harga diri saya, justru memotivasi saya agar tidak menjadi sampah tapi jadi orang yang berharga," kata Amy seperti dilansir dari Time dan WSJ, Minggu (20/2/2011).
Orangtua China bisa berkata 'Hei gendut, turunkan berat badanmu'. Sebaliknya orangtua Barat akan menjelaskan ke anak dari sisi kesehatan tidak pernah mengejek anaknya gendut tapi lebih memilih memberikan anak terapi makan yang benar.

Contoh lain, orangtua China bisa minta anaknya dapat nilai A dan akan bilang, 'Kamu malas, semua temanmu dapat yang terbaik'. Orangtua China merasa anaknya cukup kuat menghadapi tekanan dan mereka akan berhasil kalau bisa bekerja lebih keras lagi.
Sebaiknya orangtua Barat hanya meminta anaknya mencoba melakukan yang terbaik. Mereka akan berhati-hati untuk tidak membuat anak mereka merasa tidak mampu dan tidak akan pernah memanggil anaknya dengan sebutan 'bodoh', 'tidak berguna' atau 'memalukan'.

Orangtua China bisa melakukan seperti itu karena tradisi China men-stigma anak-anak berutang ke orangtuanya yang telah berkorban banyak sehingga mereka harus membayarnya dengan prestasi dan kebanggaan serta rasa hormat kepada orangtua.
Sebaliknya, orangtua di Barat tidak berpikir demikian. Anak-anak tidak memilih orangtuanya dan bahkan mereka tidak memilih untuk dilahirkan sehingga anak-anak tidak berutang apa-apa. Tugas mereka adalah membuat anak-anak menjadi diri mereka sendiri.Orangtua Barat mencoba untuk menghormati individua anak-anaknya, mendorong mereka untuk mengejar keinginan mereka, mendukung pilihan mereka, dan memberikan dukungan dan lingkungan yang positif.

Sebaliknya, orangtua China percaya bahwa cara terbaik untuk melindungi anak-anak mereka adalah dengan mempersiapkan masa depan mereka, membekali anak dengan keterampilan, kebiasaan kerja yang tekun dan disiplin, dan keyakinan batin yang tinggi sehingga tidak ada seorang pun yang bisa mengambilnya.
Buku Amy ini hingga kini terus menjadi kontroversi, beberapa orangtua di barat mulai beranggapan didikan ala orantua China bisa jadi lebih baik untuk masa depan anak. Tapi lebih banyak lagi yang menilai gaya didik seperti itu bagaikan robot yang tidak menghargai individu anak.

Jadi mana yang lebih baik? Pasti akan susah memilihnya karena masing-masing cara memiliki kelebihan dan kekurangan. Bagaimana kalau kita membuat cara kita sendiri, dengan mengikuti teladan terbaik dalam mendidik anak yaitu Rasulullah Muhammad SAW, insya Allah akan lebih berkah. Namun kita juga bisa mengkombinasikan kedua cara diatas untuk lebih memperkaya cara mendidik kita, kita minimalisir kekurangan dan maksimalkan kelebihannya. Terdengar mudah tapi dalam pelaksanaannya pastilah perlu perjuangan yang tidak mudah.

Jadi mari sama-sama belajar :))

(Sumber detik.com)

Friday, February 25, 2011

Cenat Cenut

Dari judul Cenat Cenut diatas sebagian orang pasti akan langsung teringat lagu yang yaaah you know so well lah hehehe itu tuh lagunya SMASH. Hohoho bener banget sekarang boyband ini lagi super fenomenal di indonesia, kenapa fenomenal?? Lha gak penting banget untuk dibahas dan memang gak hafal sejarahnya :p

Aku ambil kata cenat-cenut karena ini ada hubungannya dengan anakku, FAIZ HARUN BRILLIAN,yang berumur 8 bulan jadi sedang dalam masa aktif-aktifnya belajar berdiri dan berjalan, hatiku cenat-cenut setiap melihat dia berdiri berpegangan dinding atau lemari atau apa saja yang bisa dipegangnya. Cara berdirinya yang masih goyang sana goyang sini inilah yang bikin cenat-cenut dan menuntutku senantiasa waspada sebagai HIS GUARDIAN ANGEL (halaahhhh...). Semoga saja dalam waktu dekat Faiz segera bisa jalan jadi bundanya ini gak perlu merasa cenat-cenut lagi deh. Paling nanti kita lomba lari alias kejar-kejaran hahaha...

Sebenarnya untuk masalah perkembangan fisik seperti tengkurap, merangkak , duduk dan berjalan bukanlah hal yang terlalu istimewa menurutku, seiring dengan usia jika anak sehat pasti nanti juga akan terlewati dengan baik. Yang paling aku nantikan adalah momen ketika Faiz nanti bisa mengucapkan kata atau kalimatnya yang pertama, selain kata mama,papa, yang memang bisa bayi kuasai pada masa awal kemampuan berbicara.

Sejak dari bayi Faiz sudah sering diajari bagaimana bermimpi oleh ayahnya, Ferdian, yang merupakan seorang part time dreamer and full time enterpreneur :D. Faiz sering diceritakan hal-hal besar yang terkadang bundanya aja pusing memikirkannya hehehe.. Yah semoga nanti Faiz mewarisi sifat ayahnya yang gigih dan selalu optimis serta pekerja keras. Sebagai orang tua kami selalu berusaha mengajarkan hal-hal yang positif, mulai dari menceritakan Allah sebagai penciptanya, mengisahkan kehidupan Nabi Muhammad yang dapat diteladani, mengajarkan berdoa dalam setiap aktifitasnya, bersyukur atas nikmat yang diberikan Allah, belajar huruf dan berhitung dll.

Harapan kami dengan mengkondisikan Faiz seperti itu adalah agar nantinya ketika sudah beranjak besar Faiz sudah terbiasa melakukannya sendiri. Kami hanya perlu memotifasi dan membimbingnya menuju kehidupannya yang paling bermanfaat. Semoga Allah meridhoi segala langkah kami yang baik dan meluruskan langkah kami yang masih bengkok. Amin

Faiz sayang tumbuhlah dengan segala keceriaanmu, buka lebar-lebar matamu untuk melihat peluang yang ada dihadapanmu, kejarlah semua rasa keingintahuanmu, datangilah tempat-tempat yang yang belum pernah kau datangi, jangan pernah ragu dan takut karena Allah pembimbing dan penuntun jalanmu.


Bunda menulis dengan cinta

Wednesday, February 23, 2011

wake up...wake up...

OMG! feels like years since i've been perfectly perverted...guess it's the right time to re-open my mind and put it into words (haha what a corny joke)

Let me start it with "past stays, future awaits, present decides" hmmm sounds cool...

hahaha apa sebenarnya maksud dari tulisan diatas...ga jelas bgt dah!!! maksudnya adalah mari kita tinggalkan masa lalu dan menyambut masa kini dengan ceria, nah dari sisi penulis berarti dia berniat mengisi masa kini dengan kembali menuangkan ide-idenya dalam blog ini, yaah meskipun idenya tidak brilian2 amat tapi lumayan bermanfaat bagi penulis sendiri, setidaknya sebagai pelepasan unek-unek :p

jiaahhh belum apa-apa si kecil dah bangun hiksss, gtg.. see u...

The three Fs

The three F below reminds me of someone I used to be, means no longer..... :p

FIGHT. When you found something you really wanted to treasure, you have to fight for it. Something worth fighting for is something worth having. If you are not willing to fight for something, then you better forget about your desire to have it. Special case, if you realized that it is not what you really desire, you are free to leave the fight at any moment.

FINISH. When you have something that was worth the fight, you have to keep it until the finish line. When you manage to have it (after the fight, maybe), it doesn’t mean everything ends. Otherwise, that’s where everything starts. Keeping something is much harder than achieving something. Special case, if in the middle you realize that you don’t want it that much, you are free to leave it behind, and purchase your finish line while searching for a new one.

FAITH. Whatever the result is, whether you managed to bring “the thing” to the finish line, or you end up alone in front of the finish line, faith is a thing you have to keep. The process itself is heavily affected by your faith. If you want to keep the thing, you have to have a faith in it. If you want to throw it away, you have to have faith in yourself, that you will eventually find a better one. If you didn’t manage to get any better one, you still have to have a faith in yourself that you are good enough to end the race, alone.

Why am i putting this topic up?

Well, i just simply thought that i failed someone’s expectation, related to this. Am i being melancholic? Yeah maybe i just simply end up deserting myself.