Friday, February 15, 2008

DeJaVu

I don’t wanna turn on the TV just to see your empty face
I don’t wanna pick up the phone just to hear your empty voice
I wanna close my eyes coz it’s you all I wanna see
I wanna hear nothing coz it’s your heart beats I wanna wait
I wanna die right now coz it’s your smiling face am gonna kiss
O love … Torn me… Undress me…Kill me…
Take me to whatever you are

Wednesday, January 30, 2008

tHe PrEciOus MomEnts of My LifE


Masih teringat betapa dahsyatnya peristiwa tsunami diaceh pada bulan Desember tahun 2004 yang lalu, betapa porak-porandanya keadaan kota –kota di Nangro Aceh Darusalam, Indonesia dan juga dinegara seperti India, Thailand dan beberapa negara lainnya yang mengakibatkan banyak korban baik berupa harta benda bahkan nyawa yang membuat kaget seluruh dunia. Hati siapa yang tidak akan tergugah melihat penderitaan saudara-saudara kita disana. Seorang kriminal pun akan merasa iba, apalagi manusia biasa yang normal dan mempunyai perasaan yang mudah tersentuh. Hal itu juga menyentuh saya dan keluarga dirumah. Pada awal bulan januari 2005, saya bersama sepupu saya namanya Endah Nuri ditawari saudara kami yang seorang perawat untuk pergi keaceh. Pada saat itu tentu saja kami langsung mengiyakan dan menyanggupi tawaran itu. Menurut kami itu kesempatan yang paling baik untuk ikut membantu saudara-saudara kita disana. Pada saat itu sebenarnya keluarga agak kurang setuju dengan keputusan kami, mereka takut mendengar kota Aceh yang menurut mereka tidak aman dengan para GAM dan juga takut kalau ada tsunami susulan. Namun keputusan kami sudah bulat dan setelah mempertimbangkan berbagai alasan akhirnya kami diijinkan untuk pergi.

Kami pergi keaceh hanya berbekal beberapa lembar baju dan uang secukupnya, kami tak berpikir lain–lain kecuali satu yaitu berusaha ingin menolong orang disana, terdengar klise dan sok pahlawan, ya mungkin saja. Tapi dengan mengucap Bismillah akhirnya berangkatlah kami. Sesampai di Aceh dan turun dari pesawat kami di jemput oleh dua orang warga Aceh dan mereka bilang adalah utusan dari Muhammadiyah yang akan membawa kami kekamp pengungsian di Universitas Muhammadiyah (UNMUHA) di Banda Aceh. Sebelum ke UNMUHA kami diajak berkeliling kota Banda Aceh yang keadaanya sangat mengenaskan. Hampir seluruh bangunan roboh rata dengan tanah dan hanya tinggal puing-puingnya saja yang berserakan, kami hanya bisa diam dan berkali-kali menyebutkan nama Allah melihat bukti kekuasaan-Nya yang dalam sekejap bisa membuat kota yang begitu luas dan dipenuhi dengan bangunan itu hancur hanya dalam beberapa menit saja. Tumpukan lumpur yang menggunung menghalangi semua bagian jalan dan yang paling membuat kami sedih adalah mayat-mayat yang masih berserakan dipinggir jalan, ada yang sudah dibungkus kantong mayat dan masih banyak juga yang belum terbungkus, mungkin hal itu karena banyaknya mayat yang ada dan terbatasnya kantong mayat. Kami melihat truk-truk pengangkut mayat yang berisi tumpukan mayat-mayat yang menggunung dan para relawan yang siap mengangkat mayat-mayat yang masih ada dijalanan.

Itu adalah awal dari perjalanan kami, pada hari-hari berikutnya kami melakukan apa saja yang bisa kami lakukan untuk membantu para pengungsi, misalnya memasak untuk pengungsi, mendistribusikan obat dan pakaian bekas keseluruh kamp-kamp pengungsian. Setelah hamper satu bulan di kamp pengungsian di UNMUHA, kami dan teman-teman dari berbagai kota diIndonesia dikumpulkan dan pimpinan Muhammadiyah disana dan dari Jakarta dan bekerja sama dengan UNICEF mengumumkan akan membentuk suatu tim yang diberi nama Children Center Muhammadiyah-Unicef yang terbagi kedalam masing-masing tim terdiri dari 20 orang dan akan ditempatkan di tujuh kota diseluruh Nangroe Aceh Darussalam. Fokus kami adalah membantu proses pemulihan psikologis anak-anak setelah terjadi bencana dan juga pendidikan anak yang pada saat itu terabaikan dan juga gizi anak yang buruk. Seluruh keperluan kami pribadi dan untuk memberi bantuan didanai oleh Unicef Pada saat itu saya dan saudara saya tergabung kedalam tim yang ditempatkan di Pidie Aceh Utara. Disinilah saya mendapat berbagai macam pengalaman baik ataupun buruk, bertemu dengan orang-orang yang sama sekali tidak saya kenal sebelumnya namun harus berusaha dekat dan menjadi perantara untuk menolong mereka. Banyak orang-orang yang senang dengan kedatangan kami banyak pula yang pada awalnya curiga dan tidak suka dengan kami. Namun hari-hari berikutnya kami bekerja sebisa kami untuk membuat perubahan dikamp pengungsian yang keadaannya membuat hati miris apalagi ketika melihat anak-anak setiap hari menghabiskan waktu tanpa ada kegiatan yang bararti. Kami buat kegiatan sekolah pengganti yang teratur dan juga kegiatan rekreasional yang membuat anak –anak bisa ceria lagi, dan kami memberikan bantuan gizi berupa makan-makanan yang bergizi bagi anak-anak tersebut. Tujuan utama kami adalah mengembalikan suasana atau keadaan anak seperti keadaan pada saat sebelum tsunami terjadi dan tentu saja dengan berbagai tambahan yang bermanfaat bagi mereka. Akhirnya semua masyarakat menerima kami dengan baik dan malah sangat mendukung kegiatan kami. Alhamdulillah.

Selama hampir setahun kami berusaha melakukan berbagai upaya untuk menolong anak-anak dan orang tua mereka dari hal kecil seperti menolong membuatkan WC umum sampai membantu mengusahakan kelancaran proses relokasi dari tempat tinggal tenda ketempat tinggal yang lebih layak. Tentu saja hal itu tidak mudah dan memerlukan proses yang panjang. Dengan bersabar kami berusaha terus mengupayakannya dan alhamdulillah berjalan dengan baik dan lancar. Sedikit-sedikit kami melihat perubahan yang menggembirakan.

Pada tahun kedua saya dimutasi ke Meulaboh, kota dipantai Barat Aceh yang jaraknya 8 jam perjalanan dari Pidie melintasi daerah yang sangat asing bagi saya karena tentu saja baru pertama kali dan juga melewati gunung-gunung yang jalannya sangat curam dan sempit. Disana saya digabungkan dengan tim yang tugasnya hampir sama dengan tim sebelumnya. Hal itu terus berlangsung sampai bulan September 2006 ketika saya memutuskan untuk pulang dan malanjutkan kuliah saya yang tertunda.

Terasa sedih meninggalkan semua yang telah dijalani bersama, terlalu banyak kejadian dan peristiwa yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata karena hanya hati yang bisa merasa, ada banyak hal yang bisa membuat kami menangis dan tertawa bersama. Kenangan bersama anak-anak adalah kenangan yang paling berkesan dan yang paling membuat saya sedih ketika harus pergi dan meninggalkan mereka. Semoga suatu saat nanti Allah memberikan saya kesempatan untuk bisa kembali dan berkumpul bersama mereka lagi.

Selama hampir dua tahun itulah saya merasakan berbagai macam pengalaman yang membuat saya merasa lebih dewasa dan bisa bertanggung jawab terhadap diri saya sendiri maupun orang lain. Membuat saya lebih peka terhadap kebutuhan orang lain daripada kebutuhan saya sendiri. Hal ini merupakan berkah terbesar bagi saya. Walaupun pada kenyataannya masih banyak yang harus saya pelajari, karena hidup terus berjalan dan kita semua memerlukan banyak ilmu pengetahuan untuk bisa melewatinya.

Dari peristiwa dan kejadian yang saya alami saya sangat percaya bahwa Allah selalu memberikan pelajaran dan manfaat yang sangat berharga didalam setiap cobaan atau bencana yang Dia timpakan kepada manusia, terutama bagi orang-orang yang bepikir atau berilmu dan orang tersebut mau menggunakan pikiran dan ilmunya sesuai dengan jalan dan ketentuan Allah Swt.

Wallahua’lam Bish Shawab

Thanks to Allah the Almighty in the first place, thanks to the marvelous children who touch me with their love, no one can reminds me like you all do, thanks to my little sisters and brothers, who take me as I am, I’ll always miss you, and finally thanks to all of my friends who share those beautiful moments with me. I love you guys.

Inside Those Pretty Eyes

Take a good look at them
Talking
Giggling
Laughing
Unstoppable
Look at their eyes,
So pure and gentle
Shining brightly
Searching for new hopes
No shadows of loneliness
No sorrows
Look at the curve of their mouth
Shouting loudly
Challenging the future
Look at their hands,
So small yet so strong
Grasping eagerly
Shaping a new world
Look at their bare foot,
Stepping boldly
Walking through the path of wilderness
Go on my sweet Childs
Be brave
Love is all around
No one can bring you down
No one
Not even me
Although no longer I can feel the warm of your moving body
Still it remains
Still I can feel it
The sense of completeness
It’s so real
So genuine
It’s so good to know that’s true
It’s so right to be there
To be in that valuable time
No regrets
Dedicated to all of my beautiful sisters and brothers in Nangroe Aceh Darussalam

Sunday, January 20, 2008

Ada Suka Ada Duka


Kadang pikiran kita mengembara, terbang tinggi lalu turun dan menyelusup jauh ke dalam lorong-lorong sempit yang gelap mencoba untuk menghindari kemustahilan tanpa kita menyadari bahwa hal tersebut telah membawa pada angan-angan yang semu. Dalam sekejap kita akan kembali dan terjatuh dalam realitas yang harus kita hadapi, mencoba bersahabat dengan orang disekitar, tersenyum manis diatas kepedihan, mencoba menabur kebaikan yang kadang terlalu dipaksakan. Sekali lagi, itulah bumbu-bumbu asam manis kehidupan. Hal baik dan buruk datang silih berganti mencoba mengelastiskan kesabaran, menempa kepintaran. Selalu membawa kita pada pengetahuan yang baru, yang berhembus sejuk mengalir kedalam nadi dan jantung, suatu anugerah yang selayaknya patut untuk kita syukuri.

FrOZEn

Swimming in the ocean of the heart

I shout it out loud

But I cry without tears in my eyes

Can’t stop looking to the place where it all began

Now it’s empty

I am frozen but still I can’t stop

My mind’s restless down in doubt

In the end

Waiting for the redemption

How I Deal with the Broken Heart


Take each day at a time, I tell myself
So I do, then I find that I am living in emptiness
The immediate past had been wiped out
There is no future, I think
But time is a great healer, I tell my self
I don’t really believe it, but I wait
The minutes turn into hours, the hours into days and then weeks
I discover that when my heart breaks, it’s not just the question
It’s more than a sound that I hear over and over again in the darkest part of the night
It’s more the feeling at the back of the head that there is not enough oxygen in the world to fill my lungs
It’s more my heart floating away from my self across an ocean of tears into a hidden space, splitting again and again into smaller pieces
I don’t want to think of anything but..
I just can’t. It is not just the sense of great loss
There is rejection..
The feeling of inadequacy
The humiliation..
Am not really sure about it
The determination that next time………
Or maybe there would be no next time.
How long did it last??
It could have been weeks. Or months. It feels like always
It feels as though there has never been anything but loneliness
And the self loathing
But life goes on, I tell my self
That is the great thing about life. It goes on.
Carrying you with it, forcing you to smile and be polite to strangers
Until there sthe day I find my self, inspite of returning to my misery
And soon I realize that everything was still in good working order,
and nothing was damaged. I am well into the next stage.
That is the one where I stare at my self in the mirror a lot and decide that despite the fact that my major organ has been ruptured, I am not that ugly.
The one where I tell my reflection that there is another people around
Thank you very much.

Let's see how far we've got!


Kita terlelap dalam hingar bingar kehidupan, kita terbangun dalam, kenyamanan yang Tuhan limpahkan dan ketika kita terjaga dalam lautan waktu yang belum tercipta dan ketika yang ada hanyalah debur pantai kegelapan yang mendera waktu dan memukau memecahkan karang pertanyaan maka tiba waktunya bagi kita untuk melemparkan alas an-alasan kita dan keinginan- keinginan kita, kemudian tiba waktunya untuk kita bersahabat dengan tamu kematian dan inilah saatnya untuk pulang kerumah, tempat yang sudah dipersiapkan yang mau tidak mau kita semua akan berada didalamnya dan menjadi tamu bagi kematian itu sendiri.
Tidak ada peristiwa kecuali hati yang sulit untuk menolak, perasaan yang sulit berpaling, dan pikiran yang sulit untuk belajar dimana hal hal lain menjadi tidak begitu penting dan mereka semua hanyalah dongeng-dongeng yang tak bermakna.

It's not that simple


Tetap saja, kenangan lama selalu membayangi dan kadang melintas lewat bagaikan kabut yang sedang melayang, hilang tersapu cahaya matahari namun datang seiring waktu yang terus merambat malam menahan panasnya dan mendinginkan kenangan akan saat-saat yang lebih bahagia. Ada kebahagiaan yang terlalu besar untuk diungkapkan dengan kata-kata namun ada juga kesedihan yang tak berani kubayangkan. Sambil memikirkan itu semua aku menguatkan hati dan berkata “mendakilah terus jika engkau ingin tetapi ingat keberanian dan kekuatan tak ada artinya tanpa kebijaksanaan dan kecerobohan yang sekejap bisa menghancurkan kebahagiaan seumur hidup’’ belajarlah dari pengalaman itu yang selalu orang bilang,, cermati tiap langkah dari awal dan pikirkan apa yang akhirnya mungkin terjadi dan aku akan berkata “ andai saja semua sesederhana itu”